Tuesday, December 30, 2008

3 HAL PENTING UNTUK WUJUDKAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES PEMULIHAN DARI NARKOBA

Proses pemulihan seorang pecandu narkoba akan akan dapat berhasil jika mendapatkan dukungan dan partisipasi penuh anggota keluarga (family support). Pengobatan hanya langkah pertama dari perjalanan panjang pemulihan. Karena itu keluarga harus mempunyai komitmen untuk secara bersama-sama menghidupkan kembali harapan penyalahguna dan membantu mereka dalam masa pemulihan. Ada tiga pokok dukungan keluarga dalam proses pemulihan tersebut.


  1. Keluarga perlu mengerti keadaan sebenarnya dari adiksi, sehingga keluarga dapat melawan pengaruh buruk adiksi dengan kekuatan sendiri. Hanya dengan itu keluarga dapat menolong anggota keluarga yang menderita ketergantungan.

  2. Keluarga dapat menerima kenyataan adiksi adalah penyakit keluarga. Bila salah satu anggotanya menjadi penyalahguna, maka selalu akan mempengaruhi ketentraman keluarga. Mereka butuh dukungan moril keluarga dan pengobatan untuk pulih.

  3. Yang terbaik dilakukan keluarga adalah membangun sikap kepada penyalahguna dan memberi dukungan program pengobatan.

Tuesday, December 16, 2008

Jatuh Bangun Seorang Wanita Pecandu


“Saya Yakin, Setiap Pecandu Bisa Berhenti!”

AGAK berat untuk mengingat masa lalu yang saya alami. Sedikit takut memang. Entah kenapa, ketika ingin bercerita saya harus berpikir keras. Sebagai seorang wanita, banyak yang telah saya alami dalam hidup ini, hidup yang tergolong kacau dan bandel. Khususnya tentang masalah narkoba. Dikerjain teman hingga mabuk sampai “ditiduri”, kabur dari rumah, berpacaran dengan bandar narkoba, sakaw di tempat kerja, dan berbagai hal nista lainnya. Karena narkoba itulah, hidup seperti angin berputar yang tidak tentu arah.

Itulah kisah ringkas Mona (bukan nama sebenarnya, Red.). Iapun tidak begitu setuju bila semua yang terjadi padanya dikatakan sebagai buntut dari perpisahan orang tua sejak ia menginjak sekolah dasar. Bersama dengan lima orang kakak laki-lakinya, Mona memilih tinggal bersama sang ibu. Perceraian itu, diakui Mona, berakibat pada hilangnya perhatian untuknya dan saudaranya yang lain. Hingga, dua orang saudara laki-lakinya juga terjebak dalam lembah hitam narkoba.

Kehidupan bandel Mona, dimulai ketika ia menginjak bangku SMP. Akibat dari pergaulan yang terlalu bebas, ia memulai kebiasaan merokok. Sejalan dengan itu, Mona akhirnya mulai mengenal dan mencoba ganja. “Minuman juga pernah coba, tapi gak terlalu sering.” tuturnya.
Perkenalan dengan ganja terjadi tanpa disengaja. Saat itu, kakak laki-lakinya sering membawa teman untuk menginap. Di rumahnya yang terbilang besar dan sepi, sang kakaknya sering menggelar pesta mabuk bersama teman-temannya. Akibat sering melihat kejadian itu, Mona jadi sangat mengenal seluk beluk orang mabuk. Buruknya, iapun jadi semakin ingin mencoba.
Pada suatu waktu ia bermain di kamar kakaknya. Di bawah kasur, ia menemukan daun ganja baik yang sudah dilinting ataupun yang masih dibungkus koran atau plastik. Jumlahnya lumayan banyak. Mona pun jadi berkesimpulan bahwa kakaknya dan teman-teman yang sering dibawanya tidak saja seorang “pemakai”, tapi juga seorang bandar.
Sekedar iseng, karena terbiasa merokok, Mona jadi sering mengambil ganja yang telah dilinting untuk dihisap. “Awalnya saya mau tahu, bagaimana sih rasanya. Katanya kalau ngisep ganja, matanya merah. Karena itu, sehabis menghisap, saya sering bercermin. Dan ternyata biasa aja. Cuma memang agak sedikit pusing.” ungkapnya mengenang.

Dijebak dan Diperkosa

Menginjak SMA, kehidupan bandel yang dilakoni Mona makin menjadi. Pergaulannya makin bebas. Di akhir pekan, ia sering tidak pulang untuk berkumpul dengan teman-temannya. “Saya mulai bandel untuk gak pulang. Cobain nongkrong-nongkrong, hingga masuk ke diskotik.” tutur anak bungsu ini.

Usia Mona masih 15 tahun saat menginjak kelas satu SMA, namun ia telah mengenal alkohol dan obat-obatan. Tidak sulit bagi Mona untuk mendapatkan 2 jenis barang haram itu untuk dikonsumsi bersama teman-temannya.
Satu waktu, Mona bertemu dengan teman yang dahulu sering nongkrong bersama. Sebut saja nama temannya itu T. Mona menyebut T itu sebagai “abang-abangan”, yaitu sebutan anak nongkrong untuk memanggil teman yang lebih tua. Oleh T, ia dikenalkan dengan seseorang yang dikatakan sebagai pemilik sebuah diskotik di daerah Jakarta Pusat. Bersama T, Mona sering berkunjung ke diskotik yang dimiliki oleh teman T tersebut. “Ketika main ke diskotik itu, sayapun sering ditraktir makan dan minum. Terkadang dikasih ongkos buat pulang.” jelasnya.
Suatu hari, ketika sedang berkunjung ke diskotik teman T tersebut, Mona mabuk berat. Ketika ingin pulang, iapun dicegah oleh T. Saat itu Mona ditawari agar tidak usah pulang dan dijanjikan untuk disewakan sebuah kamar hotel. “Biasanya, sehabis ke diskotik itu saya langsung pulang ke rumah. Namun, kalau tidak pulang saya juga langsung ke tempat teman dan nongkrong lagi di sana sampai pagi.” ucap Mona.

Ketika ditawarkan kamar hotel tersebut, iapun sempat berpikir macam-macam. Namun, karena ia percaya kepada T, pikiran itu tidak digubrisnya. Mona juga sempat dijanjikan oleh T bahwa apa yang ditawarkan adalah karena kepedulian terhadapnya. “Udah, lu masuk aja ke kamar. Masuk dan lu kunci dari dalam. Beres. Tinggal tidur dah lu!” ungkap Mona menirukan ucapan T.
Ketika terbangun dari tidur, dan masih di bawah pengaruh mabuk, Mona melihat seorang laki-laki yang tertidur sambil memeluknya. Saat itulah ia menyadari bahwa dirinya telah ditipu oleh T. Mona pun yakin ada “bisnis tersembunyi” untuk dirinya yang dilakukan oleh T.
“Ternyata dia berniat jelek. Mungkin dia berpikir, ah si Mona itu kan sering nongkrong dan pergi bebas bersama laki-laki. Jadi gampang aja. Padahal dia salah besar! Walaupun sering main dan nongkrong, saya bukan seperti yang dia kira.” geram Mona mengingat apa yang dirasakannya saat itu.

Kabur ke Jambi

Setelah kejadian itulah, kehidupan Mona berubah. Ia merasa malu dan bersalah. Peristiwa di malam jahanam itu tidak pernah diceritakannya pada siapapun, namun perasaan malu terus menyelimuti. Ia jadi malas untuk melakukan apapun dan makin sering tidak pulang ke rumah.
Tidak kuat menahan beban, Mona akhirnya bercerita kepada seorang teman. Saat itu terlintas di pikirannya untuk membunuh orang yang telah memperkosa dirinya. Dalam kekalutan, Mona mengajak sang teman untuk kabur dari rumah. Pulang dari sekolah, mereka berdua akhirnya pergi ke Jambi. “Saya pikir saya bisa menentukan jalan sediri.” tuturnya polos.

Di Jambi, mereka menetap di sebuah kamar kos. Di daerah asal lagu “Injit-injit Semut” ini, Mona bergaul dengan sekelompok anak motor. Ia pun menjalin hubungan dengan seorang anggotanya. Pria inilah yang terkadang membantu kebutuhan hidupnya. Dekat dengan keluarga sang kekasih, Mona sering menginap di rumahnya. Untuk memenuhi biaya hidup, terkadang Mona mendapatkan uang dengan bertaruh balapan motor.
Kehidupan yang jauh dari keluarga ini memang tidak jauh berbeda dari apa yang dialaminya di Jakarta. Nongkrong, masih menjadi rutinitas. Ritual mabuk-mabukan pun sering dilakukan. “Kalau di sana maboknya gak terlalu parah. Mungkin karena barangnya juga yang gak terlalu banyak.” ulas Mona.
Selama di Jambi, Mona tidak putus komunikasi dengan keluarga. Mona sering menelepon sang ibu, namun ia tidak pernah memberitahu di mana keberadaannya. Walaupun jauh dari Jakarta, pikiran untuk membunuh pemerkosa dirinya masih membara di benak Mona. Seakan ia tidak pernah lepas dari dendam kejadian nista tersebut.

Berkat nasehat dari kekasih dan teman-temannya, lama-kelamaan dendam itu hilang. Mona sering diberi pengertian, walaupun ia membunuh pria amoral tersebut, keperawanan dirinya tidak akan kembali lagi. Bahkan ia nantinya akan berurusan dengan pihak berwajib. “Saat itu saya hanya berpikir, bila membunuh orang itu nanti keluarga akan tahu apa alasan-alasan yang menyebabkan saya jarang pulang dan kabur dari rumah.” geramnya.

Kembali ke Jakarta dan Kecanduan Putaw

Setelah satu setengah tahun menetap di Jambi, Mona akhirnya kembali ke Jakarta pada awal 1996. Saat pulang ke Jakarta, ia tidak langsung ke rumah. Kebetulan ia bertemu dengan teman akrabnya kala SD yang bekerja di daerah Daan Mogot, Jakarta Barat. Bersama temannya pula Mona menetap dan dibiayai untuk menyewa sebuah kamar kos di daerah Kota, Jakarta Utara.
Tidak diduga, penghuni kos sebelah kamarnya adalah seorang bandar putaw. Monapun akrab dengannya. Alih-alih menumpang untuk meracik narkoba dagangan, sang bandar sering datang ke kamar Mona. Dengan tangan terbuka, iapun mempersilahkan sang bandar untuk memakai kamarnya. “Kebetulan kamar yang saya tempati ada AC, dengan alasan itu pula bandar tersebut lebih betah di sana,” tutur Mona.
Sambil meracik, sang bandar sering menawarkan contoh barang dagangan ke Mona. Tanpa segan, Mona pun mencoba memakai putaw tersebut dengan cara di-drugs, yaitu dibakar dan dihisap uapnya. “Setiap hari dia ke kamar. saya dan teman sering dikasih tester putaw dengan gratis. Tapi setelah melihat kita sudah sakaw, iapun jadi tidak numpang meracik lagi. Mau tidak mau kita yang berganti pergi ke kamarnya untuk meminta putaw. Malah dia terkadang tidak memberi bila kita meminta, hingga akhirnya terpaksa harus membeli.” ingatnya kesal.
Mulai dari situ diri Mona kecanduan putaw. Setiap hari ia ketagihan. Kehabisan uang dan tidak tahu mesti berbuat apa lagi, dalam keadaan sakaw, Mona memberanikan diri pulang ke rumah.

Coba Jarum Suntik

Pulang ke rumah, yang ada di pikiran Mona adalah cara mendapatkan uang untuk membeli putaw. Disekolahkan kembali oleh sang ibu, Mona pun memanfaatkan keadaan dengan alasan klise untuk mendapatkan uang, seperti membeli buku, bayar uang sekolah, dan lain-lain. Tamat SMA, Mona mengikuti kursus di sebuah lembaga pendidikan bahasa. Di situlah ia bertemu kembali dengan mantan pacarnya. “Ia sudah beristri, namun katanya ia sayang sama saya. Ia sering memberi uang yang akhirnya saya pergunakan untuk membeli putaw,” papar Mona.

Lulus dari tempat kursus, Mona kembali pergi dari rumah dan ngekos. Di situ ia diajak oleh seorang teman untuk bekerja di sebuah diskotik. “Awalnya pacar saya selalu memberi uang. Ketika mengetahui saya adalah pemakai, iapun memutuskan saya. Di situlah saya kehabisan uang sampai akhirnya kerja di diskotik.” Kenang Mona.
Saat terjadi kerusuhan di bulan Mei 1998, Mona kesulitan mendapatkan putaw. Saat itu dia mendatangi seorang bandar yang hanya mempunyai putaw dalam bentuk cair dan harus dipakai dengan disuntik. Dengan sangat terpaksa, Mona pun mencoba memakai putaw dengan cara disuntik. Kenikmatan yang berbeda pun dirasakan Mona. Sejak itulah ia selalu memakai putaw dengan cara disuntik.

Sakaw di Tempat Kerja, Pacaran sama Bandar.

Tahun 1999, Mona mulai kehabisan uang. Jangankan untuk membeli putaw, untuk biaya hidup sehari-hari sangatlah susah. Dalam keadaan sakaw, ia kembali pulang ke rumah. Saat itu Mona dalam pengaruh Leksotan - yaitu sejenis obat yang menurut para pengguna putaw dapat menghilangkan rasa sakaw - Mona mulai cerita pada ibunya semua kejadian yang menimpa selama ini.

Setelah itu, Mona dimasukkan dalam program terapi Rumah Sakit Fatmawati. Dalam pengobatan itu ia berobat jalan. Selama hampir dua bulan Mona menjalani pengobatan di rumah. Setelah pulih, Mona mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan air minum. Sibuk bekerja, iapun lupa dengan narkoba. Diakuinya, disitu ia benar-benar jauh dari segala jenis narkoba, terkecuali merokok. Kehidupan normal itu hanya berlangsung tiga bulan. Satu saat Mona bertemu dengan seorang rekan kerja pecandu putaw. Sebut saja namanya W.
Awalnya Mona tidak tahu bahwa ia pecandu. Namun, karena sering berbincang dengan W, lambat laun Mona tahu. Ternyata, W dan istrinya adalah pasangan pemakai putaw. “Yah, namanya pemakai. Kalau ketemu, ngobrol pasti nyambung aja. Mungkin karena kesamaan nasib,” ujar Mona pelan.
Faktor sugesti dan juga pengaruh W, akhirnya Mona kembali mencoba putaw yang telah ia tinggalkan. Setiap jam makan siang, pastilah W datang dan membawa putaw. Mereka memakainya berdua. Karena pendapatan W lebih rendah, terkadang uang untuk membeli putaw berasal dari Mona.
Karena kebiasaan barunya itu, Mona tergoda untuk menghubungi teman-teman lamanya yang merupakan bandar narkoba. Bila ia dapat membeli sendiri tanpa W, pastilah putaw yang ia dapatkan akan lebih cukup untuk dipakai sendiri, pikir Mona saat itu. Setiap jam makan siang, dengan menggunakan ojek, Mona mendatangi bandar-bandar kenalan lamanya. Mona jadi sering sakaw di kantor, bahkan di saat jam kerja.

Uang gaji pun akhirnya terpakai untuk belanja putaw. Sampai ia bertemu dengan seorang bandar yang tertarik kepadanya. Kesempatan itupun digunakan oleh Mona. Ia menjalin hubungan dengan sang bandar. “Lumayan saya pacarin dia. Kadang-kadang saya bisa dapat barang gratis. Waktu itu saya kalau beli kan pakai ojek, dia juga yang kadang bayarin tuh ojek.” ujar Mona.

Dukungan Orang Tua yang Berarti.

Karena tindak-tanduk sang putri bungsu mulai aneh lagi, orang rumah mulai curiga. Hampir delapan bulan Mona memakai putaw sambil bekerja. Rekan-rekan kerjanya tahu dan mengadukan Mona ke atasan. Mona akhirnya dikeluarkan. Dengan sedikit tipu daya, orang tuanya kembali memasukkan ke sebuah panti rehabilitasi di daerah Bintaro, Jakarta Selatan.
“Waktu itu aku sedang sakaw di rumah, saya minta uang pada orang tua. Kemudian ibu menawarkan untuk ikut dengannya dahulu baru dikasih uang. Ternyata saya dibawa ke panti rehabilitasi.” cerita Mona.
Sebelas bulan lamanya Mona menjalani proses terapi. Hingga akhirnya, di awal 2002, ia kabur dari panti rehabilitasi tersebut, dan kembali ke rumah. Mona kembali mendapatkan pekerjaan di sebuah toko kaset. Ia menyewa sebuah kamar kos lagi sambil bekerja. Suatu waktu ia bertemu mantan kekasihnya yang seorang pemakai. Pengaruh narkoba pun kembali hinggap dalam kehidupan Mona.
Setelah itu ia menjalani kehidupan kembali sebagai pemakai narkoba. Hingga akhirnya, ia terkena jangkauan sebuah lembaga yang menangani pecandu narkoba di wilayah Cideng, Jakarta Barat. Lembaga itu bergerak dalam pengurangan dampak buruk dari narkoba, khususnya pecandu yang menggunakan jarum suntik.
Tidak lama setelah itu, Mona pun ditawarkan untuk menjalani terapi substitusi dengan menggunakan Metadon yang ia jalani hingga kini. Menurut Mona, dosis yang dipakai dalam terapinya kini adalah 5 mg. Iapun berharap, dosisnya berkurang lagi di kemudian hari hingga akhirnya ia tidak perlu menggunakan apa-apa lagi.
Dikatakan Mona, seorang pecandu narkoba bila ingin berhenti harus dari keinginan hatinya sendiri. Mona yakin, setiap pecandu bisa berhenti! Iapun mengakui, dukungan orang tuanya sangat besar dirasakan olehnya. Orang tuanya pun akhinya bersatu kembali dan tinggal bersama hanya untuk membenahi apa yang terjadi pada Mona dan juga kakak-kakaknya. “Mereka pernah bilang, mereka rujuk kembali hanya untuk anak-anaknya. Dan hal itu dirasakan sangat berarti bagi saya dan juga semuanya.” tutur Mona mengakhiri pembicaraan. (IR)

Saturday, December 6, 2008

PENGENALAN JENIS-JENIS NARKOBA






OPIOID (OPIAD)

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).

EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN :

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.

GEJALA INTOKSITASI (KERACUNAN) OPIOID :

Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat ) dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.

Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

GEJALA PUTUS OBAT :

Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik.

Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama.

GEJALA PUTUS OBAT DARI KETERGANTUNGAN OPIOID ADALAH :

kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.

Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung.

Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.



Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :






  • Candu

    Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.



  • Morfin

    Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.



  • Heroin ( putaw )

    Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.



  • Morfin

    Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.



  • Demerol

    Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.



  • Methadon

    Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.

    KOKAIN


    Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

    Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.

    Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).

    EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN :

    Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif.

    GEJALA INTOKSITASI KOKAIN :

    Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia Hipertensi Midriasis .

    GEJALA PUTUS ZAT:

    Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintoksikasi ( crash ) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi.

    Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari.

    Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam ( Valium ).



    Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabjan perubahankahas pada aktivitas mental dan perilaku.

    Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

    Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.

    Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu Psikotropika gol. I, Psikotropika gol. II, Psyko Gol. III dan Psikotropik Gol IV. Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.



    ECSTASY

    Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine (MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.

    SHABU-SHABU

    Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup.
    Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai persoalan / masalah dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: MASALAH + SABU = SANGAT BERBAHAYA. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.
    Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia, Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :

    a. Depresant
    yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat (Psikotropika Gol 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).

    b. Stimulant
    yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine, MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.

    c. Hallusinogen
    yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral, sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.



    Adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yabf dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.

    Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.



    MINUMAN KERAS

    Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.

    Minuman keras terbagi dalan 3 golongan yaitu:
    - Gol. A berkadar Alkohol 01%-05%
    - Gol. B berkadar Alkohol 05%-20%
    - Gol. C berkadar Alkohol 20%-50%

    Beberapa jenis minuman beralkohol dan kadar yang terkandung di dalamnya :
    - Bir,Green Sand 1% - 5%
    - Martini, Wine (Anggur) 5% - 20%
    - Whisky, Brandy 20% -55%.

    mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.

    EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN :

    Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.
    Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri. kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu.

    Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkahlakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.

    Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otak. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat - obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar.

    NIKOTIN

    Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap).
    Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya merokok bagi kesehatan
    tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.

    EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN :

    Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah. Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen serebtral.
    Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis ( kegagalan ) pernafasan.

    VOLATILE SOLVENT atau INHALENSIA

    Volatile Solvent :
    Adalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap. Penyalahgunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan seperti ini disebut inhalasi. Zat adiktif ini antara lain :
    - Lem UHU
    - Cairan PEncampur Tip Ex (Thinner)
    - Aceton untuk pembersih warna kuku, Cat tembok
    - Aica Aibon, Castol
    - Premix

    Inhalansia :
    Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak dijtemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik ( tip-Ex ), perekat kayu, bahan pembakarm aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung.
    GAMBARAN KLINIS :

    Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat merupa rasa ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataksia ) . Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, Kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang-kadang disertai waham dan halusinasi.

    EFEK YANG MERUGIKAN :

    Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen….

    ZAT DESAINER

    Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket fuel dan lain-lain.


    Monday, December 1, 2008

    Bandar Harus Dihukum Mati, Pemakai Harus Diselamatkan


    Penuturan HM Kamaluddin Lubis, SH –
    ayah seorang putra korban penyalahgunaan narkoba

    Bandar Harus Dihukum Mati,
    Pemakai Harus Diselamatkan

    Korban narkoba bukanlah penjahat, tetapi korban dari kejahatan orang lain.
    Korban narkoba bukan aib keluarga, tetapi bencana nasional.

    DIAKUI HM Kamaluddin Lubis, SH, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik sejak adanya musibah yang menimpa keluarganya. Usaha dan sikapnya saat ini, merupakan cermin dari sikap dan usaha yang dimiliki oleh putranya M. Baron Bahri Lubis (alm.) yang meninggalkan dirinya akibat jerat narkoba. Kamal, panggilan akrab Kamaluddin – menceritakan bahwa putra ketiganya sangat gigih dalam membantu teman-temannya yang mempunyai nasib seperti dirinya untuk sembuh dari jeratan narkoba. “Mungkin karena ia juga merasakannya,” ungkap Kamal.

    Kamal bercerita, putranya selalu meminta kepada siapapun agar jangan pernah ada pasien penyalahguna narkoba yang ditolak untuk direhabilitasi. Karena sikap anaknya itu pula, yang kian mendorong Kamal untuk lebih peduli terhadap para korban narkoba. Ia pun jadi lebih memahami dan menguasai permasahan narkoba.
    “Dia meminta agar jangan ada pasien yang ditolak untuk direhabilitasi walaupun orang tersebut kurang mampu. Mendorong saya untuk lebih banyak lagi membantu orang lain yang membutuhkan bantuan. Kemudian saya dapat berbagi pengalaman dan cerita dengan sesama keluarga yang mempunyai masalah narkoba. Dan ini membuat saya lebih banyak menguasai permasalahan narkoba. Hikmah lainnya saya sadar bahwa Tuhan lebih cepat mengambil anak saya karena Tuhan sayang sama dia dan ini membuat hidup saya lebih tenang. Dan kepedulian terhadap keluarga sendiri maupun keluarga besar kami pun jadi lebih tinggi.“ lirih pengacara asal Medan, Sumatera Utara ini menuturkan.

    Awalnya terkejut
    Mulanya, Kamal sangat terkejut ketika mengetahui Baron – begitu sapaan akrab putra ketiga dari empat anaknya - telah terperangkap dalam penyalahgunaan narkoba. Namun, lama-kelamaan Kamal dapat menerima kenyataan tersebut dengan lapang dada. Baginya, almarhum Baron adalah anak yang terbuka. Ia juga menilai, putranya memiliki sifat penggembira, dekat dengan keluarga, dan mudah bergaul tanpa membeda-bedakan miskin dan kaya.
    Ditambahkan, Baron juga seorang anak yang aktif berorganisasi baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Menurut Kamal, almarhum anaknya sangat dekat dengan dirinya dibanding dengan ibunya. “Kami sering pergi berdua dan bercerita tentang segala hal. Dia juga sering curhat dengan saya,” kenang pria yang genap berusia 66 tahun ini.
    Diungkapkan, almarhum Baron pertama kali memakai narkoba ketika kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Akibat dari pergaulan pula, menurut Kamal, anaknya terjerumus dalam kebiasaan tidak sehat tersebut. Saat itu Baron mulai mencoba kebiasaan merokok. “Lama kelamaan, ganja dicobanya.” tutur Kamal.
    Dirinya juga tidak setuju bila dikatakan bahwa penyebab sang anak bisa terjerumus dalam dunia narkoba dikarenakan kesibukannya yang menyebabkan kurang perhatian kepada anak-anak. “Saya memang sibuk, tapi ibunya tetap di rumah untuk melayani keluarga. Kebersamaan dan kasih sayang selalu ada dalam keluarga. Kami selalu bepergian bersama ketika hari libur. Saya rasa itu tidak menjadi masalah bagi keluarga saya.” tegasnya.
    Iapun mengakui, pola pendidikan yang diterapkan dalam keluarga pun sebenarnya telah bisa untuk membentengi anak-anaknya dari hal-hal negatif. Dikatakan oleh Kamal, pendidikan yang ditempakan dalam keluarga adalah pendidikan yang bebas dan bertanggung jawab. Maksudnya, anak-anak diberi kebebasan dalam memilih segala hal, mulai dari pendidikan, cita-cita, teman-teman, dan kegiatan luar rumah. Namun, kata Kamal, semua yang dipilih harus dipertanggungjawabkan dengan benar. “Contohnya, saya harus dikenalkan dengan keluarga teman-temannya. Kemudian belajar dengan benar sesuai yang dicita-citakan,” ujarnya lagi.

    Lakukan pendekatan
    Setelah terkena narkoba, kata Kamal, sifat Baron memang sedikit berubah. Perbedaan fisik tidak ada, dan perbedaan psikis juga pada awalnya tidak tampak. Namun, lambat laun Baron jadi sering malas berkumpul dan bercerita dengan orang rumah serta mulai menjauhkan diri dari aktivitas keluarga. “Emosinya suka berubah-ubah. Suka marah-marah tanpa sebab, suka berbohong dan menjuali barang-barang pribadinya. Akhirnya barang-barang dalam rumah, ada juga yang dicuri dan dijualnya.” tutur Kamal.
    Setelah mengetahui anaknya telah terjerat narkoba, Kamal tidak menyalahkan ataupun memarahinya. Namun, ia langsung melakukan pendekatan yang lebih dalam. Kesibukannya sedikit demi sedikit dikurangi, dan ia lebih sering meluangkan waktu untuk berbincang dan membicarakan masalah yang dihadapi sang anak.
    Tidak sedikitpun perlakuan dirinya terhadap Baron berubah. Malah, ia lebih semakin dekat dengan Baron. Dalam pendekatannya, Kamal memposisikan diri sebagai seorang sahabat. Alasan utamanya agar lebih merasa dekat dan terbuka. “Sehingga dia merasa diperhatikan, disayangi, dan tidak diperlakukan sebagai orang yang bersalah.” jelas lulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) ini.
    Usaha pemulihan Baron tidak dilakukan Kamal secara sendirian. Sikap isterinya, Hj. Retni Rengsih, SH., CN., diakuinya hampir sama dengan dirinya. Terlebih, sang istri tampak tenang dalam menghadapi musibah yang menimpa. Dengan cara bersama, masalah yang terjadi pun diselesaikan.
    “Kami selalu berembuk untuk menyelesaikan permasalahan dan kami saling instropeksi diri mengapa anak bisa terjerumus menyalahgunakan narkoba. Pertentangan untuk saling menyalahkan satu sama lain juga diakui Kamal tidak terjadi sama sekali antara ia dan istri. Tidak ada yang saling menyalahkan. Kami saling instropeksi diri mengapa anak kami dapat terjerumus dalam menyalahgunakan narkoba,” papar pria yang kini mengabdi sebagai dosen di almamaternya ini.

    Empat tempat rehabilitasi
    Tidak hanya usaha pendekatan. Kamal juga melakukan upaya pengobatan lain bagi anaknya, termasuk memasukkannya ke panti rehabilitasi. Saat pertama kali menawarkan panti rehabilitasi, anaknya langsung menerima dan tidak menolak untuk berobat. “Dia tidak menolak untuk berobat. Malah dengan keinginannya sendiri Baron mau berobat ke panti rehabilitasi. Itu sangat membantu kami dalam proses pemulihannya.” tutur Kamal.
    Rentetan cerita panjang pun keluar dari mulut Kamal, tentang berbagai lokasi rehabilitasi yang disambanginya. Tempat pertama yang didatangi adalah pondok pesantren asuhan Abah Anom di Suryalaya, Tasikmalaya. Di tempat ini Baron menjalani terapi selama enam bulan lamanya. Setelah itu, Kamal membawa sang putra ke Klinik Ketergantungan Obat “Poso” di Medan selama satu bulan. Baron juga sempat menjalani pengobatan hingga ke negeri tetangga Malaysia, yakni Pengasih selama satu tahun. Kemudian, terakhir kali Kamal membawa anaknya ke Sibolangit Centre yang juga menghabiskan waktu selama satu tahun.
    Meski mengikuti berbagai usaha terapi dan rehabilitasi, almarhum Baron tetap menunaikan kewajiban pendidikannya. “Selama menjalani pengobatan, pendidikannya tetap berjalan. Sehingga ia masih memperoleh pengetahuan dan ilmu untuk masa depan.” papar Kamal.
    Ketika melakukan usaha rehabilitasi bagi putranya, satu kenangan abadi yang selalu diingat Kamal adalah rasa setia kawan yang begitu besar yang dimiliki oleh Baron. Menurut Kamal, Baron seakan tidak bisa sama sekali melepaskan relasi dengan teman-temannya sesama pengguna narkoba. Karena hal inilah semakin lama putranya makin terjerat dengan berbagai jenis narkoba. “Mungkin karena rasa solidaritasnya yang tinggi.” simpul Kamal.

    Lebih tergerak di bidang narkoba
    Peristiwa yang menimpa dirinya diakui Kamal tidak mengubah pandangannya terhadap narkoba. Sebagai seorang yang bergerak di bidang hukum, sejak dulu dirinya telah tahu mengenai permasalahan narkoba, terlebih mengenai bahayanya. Diakui Kamal, sebelum anaknya terlibat narkoba, dirinya telah berbuat banyak untuk penanggulangan masalah narkoba. “Saya sudah banyak informasi tentang itu (narkoba. Red) dan ikut menyebarkan informasi bahaya narkoba kepada masyarakat.” ucapnya.
    Namun, motivasi untuk berbuat lebih banyak lagi dalam bidang penanganan masalah narkoba kian terdorong setelah anaknya menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Atas dorongan putranya pula, dirinya tergerak untuk mendirikan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang P4GN (Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) yang bernama Yayasan Gerakan Anti Narkoba dan sebuah tempat rehabilitasi bernama Sibolangit Centre.
    Dengan semangat Kamal pun berpesan kepada para orang tua. Menurutnya, bagi orang tua yang mempunyai anak yang telah terjerumus narkoba, jangan pernah putus asa dalam proses pemulihan mereka. Sebab, bagi Kamal seorang anak yang telah terkena pengaruh narkoba harus diselamatkan dan berhak mendapatkan jati dirinya kembali dengan bantuan dan dukungan dari orang tua. Sebaliknya, penggalian informasi yang benar tentang narkoba dan gejala-gejalanya sejak dini, merupakan hal yang harus diketahui bagi orang tua yang anaknya belum menjadi korban narkoba.
    Sebagai orang yang bergelut di bidang hukum, dirinya pun mengkritik para penegak hukum yang terjebak dalam pasal-pasal yang kering sehingga mereka menganggap bahwa korban narkoba adalah penjahat yang harus dihukum. Di masyarakat sendiri, tambah Kamal, masih banyak yang belum paham tentang permasalahan narkoba. Banyak yang memandang, korban narkoba merupakan aib bagi keluarga yang harus ditutup-tutupi. “Mereka penjahat, sampah masyarakat, dan pemakai narkoba hanyalah anak orang kaya.” ketus Kamal akan persepsi yang salah tersebut dengan sedikit kesal.
    Bagi Kamal, permasalahan narkoba merupakan masalah yang harus didahulukan dan ditangani secara serius sesuai dengan hukum dan undang-undang narkoba yang berlaku di Indonesia. Kata Kamal, dirinya ingin mengubah pandangan masyarakat dan lembaga pengadilan bahwa sebenarnya pemakai narkoba itu bukanlah penjahat.
    “Mereka korban kejahatan orang lain dan harus diselamatkan. Jadi terdapat perbedaan dan klarifikasi antara pemakai murni, pengedar dan bandar, sehingga vonis yang dijatuhkan sesuai dengan perbuatan mereka. Seorang bandar harus dihukum mati karena mereka adalah pembunuh tanpa berdarah, dan seorang pemakai harus diselamatkan karena merupakan korban dari kejahatan orang lain,” pesannya tegas menutup perbincangan. (IR)


    Kisah Nyata – SADAR September (hal. 29-33)

    Profil BNP KALTIM


    Badan Narkotika Provinsi Kalimantan Timur (BNP KALTIM), berkantor di Kantor Gubernur Kalimantan Timur Gedung B Lt. 3 Jalan Gajah Mada Nomor 02 Samarinda - Kaltim. Merupakan lembaga yang seyogyanya menyerupai atau sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), namun berada di tingkat Provinsi. Diketuai oleh Wakil Gubernur dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana Harian (KALAKHAR) yang ditunjuk langsung oleh Gubernur dengan persetujuan Kapolda.